electric-vehicle

BYD Bisa Jual Banyak dan Murah Mobil Listriknya, Namun Tak Ada Kontribusi Untuk Ekonomi Indonesia

Jumat, 1 Agustus 2025 | 04:36 WIB
BYD bisa menjual mobil listrik murah, dan berhasil menjual 13 ribu unit dalam setahun di Indonesia, namun tak berkontribusi untuk ekonomi kita. (foto : budsan)

 

OTO.VIRALNEWS.ID - Dengan bangga Luther Panjaitan (Head of PR & Goverment BYD Indonesia) menyampaikan bahwa dalam kurun waktu setahun berhasil menjual 13 ribu unit mobil listrik BYD di Indonesia.

Hal itu disampaikan Luther Panjaitan saat peluncuran BYD Atto 1 pada press day di GIIAS 2025, Rabu (23/7/2025). BYD Atto 1 menjadi mobil listrik termurah saat ini dengan harga Rp 195 juta untuk varian terendahnya (Dynamic).

Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia, Eagle Zhao, menjelaskan bahwa harga murah Atto 1 tidak datang tiba-tiba.

Eagle membeberkan bahwa kunci utama di balik harga terjangkau Atto 1 adalah pendekatan rantai pasok yang terintegrasi secara vertikal (vertical integration).

Hampir seluruh komponen utama mobil BYD diproduksi sendiri secara in-house, sehingga perusahaan tidak bergantung pada pemasuk eksternal.

"BYD pembuat mobil yang memiliki teknologi lengkap, dari baterei, motor listrik hingga semikonduktor. Kecuali ban dan kaca, semuanya kami produksi sendiri," jelas Eagle.

Sepertinya apa yang disampaikan Luther Panjaitan dan Eagle Zhao adalah sesuatu yang hebat. Namun sebenarnya tidak. Pasalnya, BYD bisa jualan besar di Indonesia hanya BYD yang menikmatinya.

Pemerintah RI tidak mendapat apa-apa, karena BYD yang dikirim ke Indonesia dari Tiongkok secara CBU (utuh, sudah jadi) memanfaatkan perjanjian bisnis kedua negara, dengan insentif pajak sangat kecil. Bahkan nyaris gratis.

Belum lagi, dengan mendatangkan mobil BYD secara glondongan tersebut dari Tiongkok, tidak membantu negara memperbaiki perekonomian yang tengah terpuruk, karena cara bisnis BYD tidak menimbulkan multiplier effect, seperti halnya brand-brand Jepang.

Seorang netizen menyampaikan pendapatnya secara menohok menanggapi berita terkait strategi bisnis BYD di Indonesia yang dimuat di kompas.com.  

"Dari sisi konsumen melihat harga terjangkau pasti senang. Namun di sisi lain, kalau pengolahan part diserahkan ke pabrikan eksternal (vendor) bisa menghidupi ratusan bahkan ribuan karyawan," tulis Fredy Tumundo.

"Gak terbayang kalau Toyota atau Suzuki ikut-ikutan bikin semua part sendiri, karena harga market diacak-acak BYD, pasti akan banyak terjadi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)," lanjutnya.

Kenapa harga mobil Jepang, sedikit lebih mahal? "Iya, karena banyak elemen yang terlibat dalam produksi. Salah satunya, kami melibatkan sekitar 600 perusahaan vendor. Dengan begitu, multiplier effect dirasakan betul untuk ribuan keluarga. Belum lagi, vendor tersebut juga memiliki karyawan serta keluarganya," ungkap Joshi Prasetya, Department Head of Strategic Planning PT Suzuki Indomobil Sales.

Belum lagi, dengan memiliki pabrik yang bahkan lebih dari satu unit di Indonesia, Suzuki menjadi ladang lapangan kerja bagi banyak orang. Termasuk masyarakat dekat pabrik.

Halaman:

Tags

Terkini