OTO.VIRALNEWS.ID - Salah satu jaringan dealer terbesar BYD di Tiongkok, Qiancheng Holdings, resmi dinyatakan bangkrut. Akibatnya, lebih dari 20 gerai di Provinsi Shandong, termasuk di kota Jinan dan Weifang, terpaksa ditutup.
Kebangkrutan ini berdampak besar bagi konsumen. Lebih dari 1.000 pemilik kendaraan kehilangan akses terhadap layanan purna jual dan garansi.
Bahkan, sejumlah pemilik mobil listrik asal Tiongkok tersebut membentuk kelompok perlindungan hak guna mencari solusi bersama, seperti dilansir dari CarNewsChina pada Senin (2/5/2025).
Qiancheng Holdings, yang berdiri sejak 2014, sebelumnya merupakan mitra strategis utama BYD. Perusahaan ini mencatat pendapatan tahunan hingga 3 miliar yuan atau sekitar Rp6,7 triliun dan mempekerjakan lebih dari 1.200 karyawan.
Namun, sejak April 2025, Qiancheng mengalami krisis keuangan yang cukup parah. Banyak gerai ditutup secara mendadak, meninggalkan showroom kosong dan tanpa layanan purna jual.
Salah satu persoalan utama yang dihadapi konsumen adalah program asuransi tiga tahun yang ditawarkan Qiancheng. Dalam program ini, konsumen membayar di muka sebesar 10.000 hingga 15.000 yuan (sekitar Rp22 juta hingga Rp33 juta), dengan janji pengembalian premi di tahun kedua dan ketiga. Sayangnya, banyak konsumen tidak menerima pengembalian yang dijanjikan.
Situasi semakin rumit karena BYD dan Qiancheng saling menyalahkan atas krisis ini. BYD menuding ekspansi agresif dan pengelolaan keuangan yang buruk dari Qiancheng sebagai biang kerok. Di sisi lain, Qiancheng menyebut perubahan kebijakan BYD serta kondisi eksternal dan pembiayaan bank yang ketat sebagai penyebab utama.
Kisruh ini menyoroti tekanan yang semakin besar di industri otomotif Tiongkok, khususnya bagi dealer tradisional yang kini harus menghadapi persaingan sengit, penurunan daya beli konsumen, dan tren menuju model penjualan langsung.
