OTO.VIRALNEWS.ID - Tesla resmi menghentikan pemesanan untuk Model S dan Model X di pasar China, menyusul memanasnya tensi dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Langkah ini diambil karena kedua negara saling menaikkan tarif impor secara drastis—Amerika Serikat hingga 145 persen, sementara China membalas dengan tarif sebesar 125 persen untuk produk AS.
Kondisi tersebut membuat harga Model S dan X—yang diproduksi di Amerika Serikat—tidak lagi kompetitif di pasar otomotif terbesar dunia. Hal ini terlihat jelas di situs resmi Tesla China, di mana tombol pemesanan untuk kedua model itu telah diganti dengan opsi "lihat mobil" dan "jadwalkan test drive". Meski begitu, Tesla masih menyediakan unit stok yang tersedia bagi konsumen yang berminat.
Sebaliknya, Model 3 dan Model Y yang dirakit di Gigafactory Shanghai tetap aman dari kebijakan tarif ini, dan terus menjadi tulang punggung penjualan Tesla di Tiongkok. Kedua model tersebut telah mendapatkan pembaruan pada 2023 dan 2024, menjaga daya saing Tesla di tengah gempuran produk lokal.
CEO Tesla Elon Musk sebelumnya sudah mengingatkan bahwa tarif impor seperti ini bisa berdampak negatif terhadap perekonomian global. Namun, peringatan tersebut tak digubris oleh pemerintah AS.
Musk bahkan sempat berselisih secara terbuka dengan Peter Navarro, penasihat tarif utama Donald Trump, yang menyebutnya sekadar perakit mobil yang tergantung pada pasokan murah dari luar negeri.
Tak hanya itu, sekitar 40 persen bahan baku baterai kendaraan Tesla masih berasal dari perusahaan-perusahaan asal Tiongkok. Ketergantungan ini menjadi sorotan utama pemerintah AS, yang tengah berupaya mengurangi impor dan memperkuat produksi dalam negeri.
Namun di sisi lain, kebijakan ini justru menimbulkan tantangan tambahan bagi Tesla dalam mempertahankan rantai pasokan globalnya. Dengan tekanan persaingan dari produsen lokal seperti BYD yang terus menguat, penarikan Model S dan X dari pasar Tiongkok menegaskan betapa seriusnya dampak perang dagang terhadap industri otomotif dan teknologi tinggi.
