electric-vehicle

Baterai Solid-state Jadi Teknologi Paling Diburu Industri Mobil Listrik Dunia

Jumat, 5 Desember 2025 | 21:28 WIB
Baterai solid-state

OTO.VIRALNEWS.ID — Tren kendaraan listrik terus menunjukkan peningkatan pesat di banyak negara, termasuk di kota-kota besar Asia dan Eropa.

Dalam beberapa tahun ke depan, industri ini diprediksi memasuki fase perkembangan baru melalui hadirnya baterai solid-state, teknologi yang kini paling ramai dibahas di dunia otomotif.

Baterai solid-state menawarkan sejumlah keunggulan dibanding baterai lithium-ion yang digunakan saat ini. Perbedaan utama terletak pada penggunaan elektrolit padat, bukan cair, untuk memisahkan anoda dan katoda. Struktur tersebut membuat baterai lebih stabil terhadap panas dan menurunkan risiko kebakaran, sekaligus membuka peluang pengisian daya lebih cepat serta jarak tempuh yang lebih jauh.

Kepadatan energi yang lebih tinggi menjadi nilai utama solid-state. Dengan kapasitas besar dalam ukuran yang sama, baterai ini memungkinkan mobil listrik menempuh jarak yang lebih panjang, sehingga dianggap sebagai solusi jangka panjang atas keterbatasan baterai konvensional.

Disitat dari Cars, sejumlah produsen global masih berada di tahap riset, meski Tiongkok menjadi negara yang paling maju dalam implementasi solid-state. Beberapa model, seperti IM Motors L6, NIO ET5, dan NIO ET7, telah memakai teknologi tersebut dan mampu mencatat jarak lebih dari 960 km dalam sekali pengisian. Pencapaian ini membuat pabrikan Tiongkok selangkah lebih depan dalam persaingan.


Produsen Besar Mulai Uji Prototipe Solid-state

Dari Eropa, BMW mengumumkan kerja sama dengan Samsung SDI serta startup Solid Power untuk mengembangkan prototipe BMW i7 bertenaga baterai solid-state. Meski belum masuk jalur produksi, langkah tersebut menjadi tanda bahwa pabrikan Eropa tidak ingin tertinggal dalam kompetisi teknologi.

Jepang pun bergerak. Nissan menargetkan baterai solid-state dapat digunakan di kendaraan produksinya pada 2028, termasuk pada model hybrid. Sementara Hyundai memperkirakan komersialisasi teknologi ini baru realistis setelah 2030.

Salah satu kabar yang paling menarik perhatian datang dari Mercedes-Benz. Berkolaborasi dengan startup Factorial Energy, mereka berhasil menguji prototipe EQS yang mampu menempuh jarak hingga 1.200 km sekali pengisian daya. Mercedes berharap teknologi solid-state dapat digunakan pada model produksi massal sebelum akhir dekade jika pengembangannya berjalan sesuai rencana.

Meski prospeknya besar, para produsen masih menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari biaya produksi hingga stabilitas material pada suhu tertentu. Karena itu, adopsi massal diperkirakan membutuhkan waktu.

Namun dari langkah agresif berbagai pabrikan, semakin jelas bahwa baterai solid-state menjadi masa depan kendaraan listrik — dan persaingan menuju teknologi tersebut baru mulai memanas.

Tags

Terkini