electric-vehicle

Strategi Cerdik Pabrikan China Bikin Tarif Uni Eropa Tak Ampuh Bendung Serbuan Mobil Listrik

Selasa, 24 Juni 2025 | 20:24 WIB
BYD Seagull.

OTO.VIRALNEWS.ID - Ketika Uni Eropa menerapkan tarif tinggi terhadap mobil listrik asal China pada 2024, banyak yang memperkirakan langkah tersebut akan menjadi penghalang besar.

Namun, kenyataannya justru sebaliknya. Produsen otomotif Negeri Tirai Bambu seperti BYD, Geely, dan SAIC berhasil mengantisipasi langkah tersebut dengan strategi jitu yang tak hanya membuat mereka bertahan, tapi juga menggandakan pangsa pasar di Benua Biru.

Mengutip laporan Arena EV, alih-alih terpukul oleh bea masuk hingga 35 persen, para produsen China beralih mengekspor mobil hibrida dan berbahan bakar bensin yang tak dikenai tarif tambahan. Strategi ini efektif menjaga arus kendaraan ke pasar Eropa tetap lancar.

Selain itu, mereka juga mengalihkan fokus ke negara-negara Eropa Selatan seperti Italia dan Spanyol, wilayah yang dinilai lebih terbuka karena dominasi merek Jerman dan Prancis tidak sekuat di Eropa Utara. Langkah ini terbukti membuahkan hasil positif.

Data dari JATO Dynamics menunjukkan, pada April 2025, merek-merek Tiongkok berhasil menguasai 4,9 persen pasar mobil baru Uni Eropa, naik signifikan dari 2,4 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Ini berarti sekitar 53.000 kendaraan terjual hanya dalam satu bulan.

Tak hanya mobil konvensional, penjualan mobil listrik buatan China juga mengalami lonjakan, meski dikenai tarif tinggi. Ironisnya, justru pada saat sanksi diberlakukan, mobil listrik asal China tetap laku keras.

Penjualan mobil listrik dari pabrikan China meningkat 59 persen pada April 2025, jauh mengungguli pertumbuhan rata-rata industri yang hanya 26 persen. Salah satu tonggak bersejarah pun terjadi: BYD untuk pertama kalinya menyalip Tesla dalam penjualan bulanan mobil listrik di Eropa, dengan 7.231 unit terjual, dibandingkan 7.165 unit milik Tesla.

Penurunan Tesla turut dipengaruhi oleh sikap sebagian konsumen Eropa yang enggan membeli karena kontroversi politik yang melekat pada sosok CEO-nya, Elon Musk.

 

Tags

Terkini