OTO.VIRALNEWS.ID — Pemerintah China resmi mengumumkan akan menghentikan insentif pajak penuh untuk kendaraan energi baru (NEV), termasuk mobil listrik, mulai 1 Januari 2026. Sebagai gantinya, kebijakan tersebut akan diganti dengan pengurangan pajak sebesar 50 persen.
Selama ini, pembeli mobil listrik di China mendapat pembebasan pajak hingga 30.000 Yuan atau sekitar Rp66 juta. Namun, mulai tahun depan, jumlah maksimum pengurangan pajak akan dipangkas menjadi 15.000 Yuan atau sekitar Rp33 juta.
Dilansir dari Carnewschina, pengumuman tersebut memicu lonjakan permintaan besar-besaran di akhir 2025. Sejumlah dealer melaporkan peningkatan pemesanan hingga 60 persen dibandingkan rata-rata bulanan, karena konsumen ingin menikmati insentif sebelum kebijakan baru diberlakukan.
Menurut perwakilan China Automobile Dealers Association, perubahan ini bukan semata kebijakan fiskal, melainkan sinyal transisi pasar dari kompetisi harga menuju kompetisi nilai dan kualitas.
Selain itu, mulai Oktober 2025, pemerintah juga menerapkan syarat teknis lebih ketat agar kendaraan bisa menikmati potongan pajak. Mobil plug-in hybrid (PHEV) dan range-extended, misalnya, kini wajib memiliki jarak tempuh listrik murni minimal 100 kilometer. Langkah ini dimaksudkan untuk menyeleksi model dengan spesifikasi rendah agar pasar tetap kompetitif secara kualitas.
Menanggapi perubahan tersebut, sejumlah produsen mobil meluncurkan program “jaminan selisih pajak” bagi pelanggan yang memesan sebelum akhir November 2025, tetapi menerima mobil pada 2026. Program ini menjamin konsumen tetap mendapatkan manfaat pajak seperti pembelian pada tahun 2025.
Era Baru Pasar Mobil Listrik di China
Para analis memperkirakan, kebijakan ini akan berdampak dua arah: lonjakan penjualan jangka pendek pada akhir 2025, diikuti potensi perlambatan penjualan di awal 2026 ketika insentif berkurang.
Sejak 2014, pembebasan pajak pembelian telah menjadi motor utama pertumbuhan mobil listrik di China. Kini, dengan pengurangan insentif, pemerintah ingin mendorong industri menuju fase yang menekankan keberlanjutan, inovasi, dan pengurangan ketergantungan pada subsidi.
Saat ini, kendaraan energi baru (NEV) telah mencatat pangsa pasar lebih dari 45 persen dari total penjualan mobil baru di China. Dengan insentif yang berkurang, pertumbuhan selanjutnya diperkirakan akan bergantung pada teknologi, efisiensi produksi, dan daya saing merek, bukan lagi pada dorongan fiskal.