Sweda dinilai mampu mewakili filosofi tersebut karena:
1. Mengusung nilai autentik Indonesia melalui pendekatan kriya tradisional.
2. Menjaga kualitas dan presisi dalam setiap karya, setara dengan standar internasional MotoGP.
3. Menghadirkan makna simbolis yang dalam, memadukan budaya Sasak, keindahan Mandalika, dan semangat global kompetisi.
Melalui tangan para pengrajin Sweda, piala MotoGP Mandalika 2025 bukan hanya menjadi simbol kemenangan di lintasan, tetapi juga simbol kejayaan seni kriya Indonesia di panggung dunia.
Material dan Filosofi di Baliknya
Secara teknis, piala dibuat dari aluminium dan resin berkualitas tinggi, yang kemudian dilapisi dengan detail hasil ukiran tangan khas Sweda.
Kombinasi dua material ini merepresentasikan perpaduan antara kekuatan dan fleksibilitas, dua elemen yang juga menjadi kunci kesuksesan para pembalap MotoGP.
Permukaan piala menampilkan refleksi motif Mandalika Circuit, menggambarkan kecepatan dan dinamika.
Sementara detail ukiran tradisional memberikan sentuhan lembut dan artistik, menjadi pengingat bahwa teknologi dan budaya dapat bersatu dalam harmoni.
Arti Piala dari Perspektif Nasional
Penyerahan piala dilakukan langsung oleh Menpora Erick Thohir kepada pemenang MotoGP Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025 Fermin Aldeguer di podium utama.
Dalam momen tersebut, piala tidak hanya menjadi lambang supremasi olahraga, tetapi juga manifestasi kebanggaan nasional.
Piala ini memiliki nilai lebih dari sekadar trofi kemenangan. Piala ini melambangkan semangat Indonesia, semangat untuk bekerja keras, menghargai tradisi, dan membawa nama bangsa ke tingkat dunia.
Pembuatannya oleh pengrajin dalam negeri menunjukkan bahwa karya anak bangsa mampu berdiri sejajar dengan produk global.