• Inspirasi bentuk Gendang Beleq, alat musik tradisional Lombok, yang menjadi simbol semangat dan kebanggaan masyarakat lokal.
Trofi ini dengan demikian menjadi perwujudan dari perayaan budaya dan prestasi, sekaligus jembatan antara identitas Indonesia dan semangat kompetisi global MotoGP.
Diciptakan Sweda: Warisan dari Yogyakarta untuk Dunia
Di balik keindahan desain piala ini berdiri nama Sweda, rumah seni kriya yang berbasis di Yogyakarta.
Sweda dikenal karena kemampuannya memadukan kerajinan tradisional perak dengan sentuhan desain modern.
Kata “Sweda” berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti “jari-jari tangan” yang menggambarkan filosofi bahwa setiap karya dibuat dengan sentuhan tangan dan jiwa.
Para pengrajin Sweda tetap mempertahankan metode kerja tradisional, menggunakan alat-alat sederhana untuk proses memotong, mengukir, menyolder, mengamplas, dan memoles setiap detail karya.
Sejak berdiri pada 2014, Sweda berkomitmen untuk melestarikan tradisi perak Yogyakarta yang telah berlangsung sejak abad ke-16.
Di tengah arus modernisasi dan menurunnya minat generasi muda terhadap kriya tradisional, Sweda memilih untuk bertahan pada akar budaya sambil membuka diri terhadap inovasi dan kolaborasi dengan dunia seni dan desain global.
“Kami percaya setiap karya harus memiliki jiwa dan cerita,” tulis Sweda dalam pernyataannya.
“Tradisi bukan sesuatu yang harus ditinggalkan, melainkan diwariskan dalam bentuk baru yang bisa dibanggakan di masa kini," lanjutnya.
Mengapa Dipercayakan kepada Sweda
Pemilihan Sweda sebagai pembuat piala MotoGP Mandalika bukan tanpa alasan.
Kolaborasi ini lahir dari visi yang sama antara Pertamina, Injourney, MGPA (Mandalika Grand Prix Association), dan Dorna Sports menghadirkan piala yang bukan hanya bernilai estetika, tetapi juga mencerminkan identitas Indonesia yang kuat di mata dunia.