OTO.VIRALNEWS.ID, Washington DC - Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk memberlakukan tarif baru terhadap sejumlah negara berpotensi menimbulkan dampak signifikan bagi industri Formula 1.
Meskipun diberlakukan masa jeda selama 90 hari, kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri otomotif global, termasuk mereka yang terlibat langsung dalam F1.
Grand Prix Jepang menjadi seri balap pertama setelah pengumuman kebijakan tersebut.
Pakar industri F1, Mark Gallagher, menyatakan bahwa meski efeknya belum terlihat secara jelas, tekanan terhadap sektor-sektor tertentu hampir pasti terjadi.
Menurutnya, F1 tidak bisa lepas dari dinamika ekonomi dan kebijakan global yang berpengaruh pada produsen serta sponsor.
Gallagher menjelaskan, pabrikan mobil yang berpartisipasi di F1 seperti Mercedes-Benz, Ferrari, dan McLaren sangat bergantung pada pasar Amerika Serikat.
Sekitar 46 persen penjualan McLaren berasal dari Amerika Utara, sementara seperempat produksi Ferrari dipasarkan di AS—dengan California menjadi pasar terbesar mereka.
Kondisi ini menunjukkan betapa besar ketergantungan tim-tim F1 terhadap stabilitas ekonomi Amerika.
Satu-satunya pengecualian mencolok adalah Renault, yang telah lama menarik diri dari pasar AS dan baru berencana memperkenalkan kembali merek Alpine pada 2027.
Namun bagi pabrikan lain, termasuk General Motors yang akan memasuki F1 melalui tim Cadillac, kebijakan tarif ini bisa menjadi tantangan besar.
Tim F1 berbasis AS, Haas, juga menyatakan kekhawatirannya melalui pernyataan resmi.
Mereka mengakui telah melihat penurunan permintaan yang signifikan terhadap produk mereka dan mulai mengambil langkah-langkah efisiensi seperti mengurangi produksi, menghentikan perekrutan, serta meniadakan lembur di pabrik mereka di California.
Haas menekankan pentingnya perlindungan terhadap industri peralatan mesin dalam negeri dari kebijakan tarif yang tidak seimbang.
Tak hanya produsen, para sponsor Formula 1 juga bisa terdampak.