Drugovich mengusulkan, “Jika para pembalap utama harus mengorbankan satu sesi FP1, mengapa tidak mengorbankan satu akhir pekan balap penuh?”
Ide ini, menurut Drugovich, bisa memberikan peluang yang lebih besar bagi para pembalap cadangan untuk mengasah keterampilan dan menunjukkan kemampuannya dalam balapan nyata.
Baca Juga: David Alonso Pecahkan Rekor Valentino Rossi di Moto3 Setelah 27 Tahun
Ide Drugovich tentu menarik, namun juga menghadapi berbagai tantangan dalam implementasinya.
Pertama, keputusan ini harus melibatkan berbagai tim yang memiliki investasi besar dalam setiap pembalap utamanya.
Selain itu, sponsor dan pemegang hak siar juga akan mempertimbangkan dampaknya terhadap eksposur mereka jika pembalap utama absen dalam balapan.
Namun, usulan ini tidak bisa diabaikan begitu saja karena menawarkan beberapa manfaat potensial.
Pertama, tim dapat mengamati bakat-bakat baru dalam situasi balapan sesungguhnya tanpa harus langsung memberikan mereka kontrak penuh.
Kedua, penggemar F1 juga bisa disuguhi variasi yang menarik dengan melihat pembalap muda bersaing di panggung utama, yang mungkin dapat meningkatkan antusiasme mereka terhadap pembalap baru.
Menariknya, gagasan wild card yang diusulkan Drugovich sebenarnya sudah pernah dibicarakan sebelumnya dengan ide membuat balapan sprint khusus pembalap cadangan saat tes pasca-musim di Abu Dhabi.
Sayangnya, ide tersebut tidak direalisasikan. Sistem wild card ala MotoGP mungkin memang dapat membuka lebih banyak kesempatan bagi pembalap cadangan yang saat ini terjebak tanpa kursi balap, tetapi butuh kajian mendalam dari para pemangku kepentingan di F1.
Bagi Drugovich dan pembalap cadangan lainnya, memiliki sistem seperti ini akan sangat membantu mereka mendapatkan pengalaman yang lebih baik dan membuktikan diri di hadapan dunia.
