Menurut Tofik, evakuasi udara menjadi pilihan penting mengingat kondisi geografis dan potensi keramaian besar di sekitar sirkuit.
“Secara garis besar, yang akan disimulasikan adalah proses evakuasi menggunakan heli dan kemampuan lain yang sudah disiapkan. Jadi jika ada kemungkinan kejadian darurat, kita sudah siap dengan skenario yang telah dirancang,” paparnya.
Selain helikopter, Basarnas juga menyiapkan kemampuan SAR darat dan laut, sebagai langkah antisipasi jika diperlukan penanganan di sekitar kawasan Mandalika yang berbatasan langsung dengan pesisir pantai.
Kesiapan Basarnas tidak berdiri sendiri, melainkan melalui koordinasi intensif dengan berbagai pihak terkait.
Tofik menyebutkan, Basarnas telah menjalin komunikasi dengan unsur TNI, Polri, dan instansi pendukung lainnya.
“Kita menjalin koordinasi dengan Korem, kepolisian, hingga instansi kesehatan. Semua itu untuk memastikan jika ada keadaan darurat, respon yang diberikan bisa cepat dan tepat,” ungkapnya.
Keselamatan sebagai Prioritas
Dari sisi sarana, Basarnas memastikan ketersediaan peralatan utama. Dua unit helikopter telah disiapkan untuk mendukung operasi, salah satunya berasal dari Surabaya.
Kehadiran armada ini diharapkan bisa mempercepat proses evakuasi jika ada insiden yang membutuhkan penanganan segera.
Namun demikian, Tofik tidak menutup mata terhadap adanya tantangan besar di lapangan. Faktor cuaca disebutnya sebagai risiko utama yang harus diantisipasi.
“Tantangan terbesar mungkin adalah gangguan cuaca. Kondisi seperti hujan deras atau angin kencang bisa berdampak pada proses evakuasi maupun keselamatan penonton,” jelasnya.
Selain cuaca, tingginya antusiasme masyarakat yang berbondong-bondong datang ke Mandalika juga menjadi faktor yang harus diperhatikan.
Pengelolaan massa dan kesiapan jalur evakuasi bagi penonton menjadi aspek penting agar tidak menimbulkan masalah tambahan saat terjadi situasi darurat.
Menutup wawancara, Tofik menyampaikan harapan agar seluruh aspek keselamatan dapat benar-benar terjamin selama penyelenggaraan MotoGP.