Menurut Fandy, kali ini ia lagi tak beruntung. Terutama disebabkan kondisi mobil yang jauh dari proper, dari ekspektasi, dengan berbagai kerusakan yang bertubi-tubi.
Tidak Berniat Melanggar Track Limit
Momentum paling menyesakkan ketika race 2 ITCR 1200. Harus start paling buncit dari P26 karena mobilnya baru ready - setelah tim kerja keras mengebut perbaikan - dengan usaha dan balapan 110 persen, bisa finish P8 Overall.
Fandy sangat yakin kali ini naik podium, karena 6-7 pembalap di atasnya merupakan pembalap Seeded A dan Seeded B di antaranya 2 dari tim pabrikan Toyota dan 2 dari Honda.
"Namun harapan itu sirna, ketika saya dinyatakan melanggar track limit. Sanksinya, penalti 30 detik yang otomatis membuat posisi saya melorot, menjauh dari zona podium ITCR 1200 Non Seeded," tutur Fandy.
Padahal, terang Fandy, tak ada niat sedikit pun untuk memotong atau melanggar track limit secara sengaja. Kalau akhirnya terjadi, mungkin efek dari dogfight/saling tempel di sirkuit, dengan kondisi mobil pincang.
"Satu hal lagi, saat itu, race communication sedang trouble. Jadi tidak tahu dan tidak bisa memonitor warning track limit," imbuh Fandy.
Bukan bermaksud mencari pembenaran. Tapi Fandy merasa bukan cuma dia yang track limit kalau diamati di tayangan ulang live streaming.
"Saya pribadi ngerasa kalo lakukan track limit, nggak dapat benefit waktu apa apa. Artinya, gak lebih kenceng juga," ungkap Fandy.
Meski begitu, lanjut Fandy, sebenarnya track limit itu bagus jika diimplementasikan secara benar.
"Hanya saja, kadang, harus dilihat dulu. Kalau memang tidak mendapatkan waktu lebih cepat, harusnya nggak dibuat jadi penalty," pungkas Fandy. (bs)