OTO.VIRALNEWS.ID - Pemerintah tengah meninjau kembali pemberian insentif untuk industri otomotif pada 2026. Penilaian ini muncul setelah melihat pertumbuhan industri dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di segmen kendaraan listrik, yang menunjukkan tren positif. Penjualan meningkat dan investasi terus mengalir, menegaskan fondasi industri otomotif Indonesia kini semakin kuat.
Juru Bicara Kemenko Perekonomian, Haryo Limanseto, menyebut industri otomotif berada pada posisi yang lebih solid dibanding beberapa tahun lalu. “Penjualan mobil listrik naik hingga 18,27% dari pangsa pasar tahun 2025, sementara investasi untuk KBLBB mencapai Rp 5,66 triliun,” ujar Haryo dalam keterangan tertulis, Sabtu (29/11/2025).
Meski begitu, kendaraan konvensional masih mendominasi pasar dengan pangsa sekitar 80,6%. Segmen sepeda motor pun mencatat pertumbuhan positif baik di pasar domestik maupun ekspor. Kondisi ini menandakan ekosistem otomotif Indonesia semakin stabil, kompetitif, dan tahan terhadap tekanan global.
Seiring perkembangan tersebut, pemerintah mulai mempertimbangkan apakah insentif tambahan masih diperlukan bagi sektor yang telah kuat. Haryo menambahkan, “Pertanyaannya, apakah masih perlu insentif untuk industri yang sudah kokoh? Kami melihat peluang untuk mengalokasikan dukungan ke sektor lain yang lebih membutuhkan.”
Hingga kini, belum ada usulan resmi terkait insentif otomotif 2026 dari kementerian atau lembaga terkait. Pemerintah tetap membuka ruang diskusi jika ada masukan yang masuk. “Saat ini, kami belum menerima usulan apapun terkait insentif dari kementerian atau lembaga pembina sektor,” jelas Haryo.
Ke depan, arah kebijakan tidak hanya berfokus pada insentif, tetapi juga memperkuat struktur industri nasional. Pemerintah menargetkan peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), percepatan pembangunan infrastruktur pengisian kendaraan listrik, serta transfer teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksi nasional.
Pendekatan ini menegaskan komitmen pemerintah menjaga sektor otomotif sebagai pilar industri manufaktur sekaligus memastikan kebijakan insentif tepat sasaran dan mendukung pertumbuhan jangka panjang.