OTO.VIRALNEWS.ID - Hyundai memperingatkan kemungkinan kenaikan harga mobil di Amerika Serikat (AS) sebagai dampak langsung dari tarif impor baru yang diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump.
Padahal, produsen mobil asal Korea Selatan ini baru saja menggelontorkan investasi sebesar USD 21 miliar atau sekitar Rp 332 triliun untuk memperluas operasional produksinya di AS.
Tarif Baru Bisa Dorong Harga Mobil Naik
Dalam pemberitahuan resmi kepada para dealer, CEO Hyundai dan Genesis Motor North America, Randy Parker, menyatakan bahwa tarif impor akan mempengaruhi harga kendaraan.
Ia menekankan bahwa harga mobil saat ini tidak dijamin dan kemungkinan akan berubah untuk unit yang dikirim setelah 2 April.
Meski Parker tidak merinci seberapa besar kenaikan harga yang akan berlaku, dampaknya diprediksi akan lebih terasa bagi konsumen dengan pendapatan rendah.
Saat ini saja, harga rata-rata mobil baru di AS sudah tinggi, dan tambahan biaya akibat tarif baru berpotensi semakin membebani pembeli.
Menurut laporan USA Today, Cox Automotive memperkirakan bahwa tarif impor sebesar 25 persen akan menambah sekitar USD 3.000 pada harga mobil yang diproduksi di AS.
Sementara itu, mobil yang dirakit di Meksiko dan Kanada bisa mengalami kenaikan harga hingga USD 6.000 atau lebih.
Hyundai di Tengah Kebijakan yang Ironis
Situasi ini menjadi ironis bagi Hyundai, yang selama ini berinvestasi besar dalam produksi lokal di AS.
Salah satu contohnya adalah kompleks produksi kendaraan listrik dan hybrid Hyundai di Georgia, yang menunjukkan keseriusan merek asal Korea Selatan tersebut dalam memperkuat kehadiran industri otomotif di AS.
Namun, meskipun Hyundai telah memiliki fasilitas produksi besar di Negeri Paman Sam, kebijakan tarif baru tetap bisa memaksa mereka untuk menaikkan harga.
Trump Tak Peduli dengan Dampak Kenaikan Harga
Di sisi lain, Presiden Donald Trump tampaknya tidak terganggu dengan dampak kebijakan ini terhadap harga mobil.
Ia menegaskan bahwa kenaikan harga mobil impor justru dapat mendorong konsumen untuk beralih ke kendaraan buatan dalam negeri.
Dengan kebijakan ini, industri otomotif di AS akan menghadapi tantangan baru dalam menjaga daya saing harga dan mempertahankan pangsa pasar di tengah tekanan tarif impor yang semakin besar. (rangga)