OTO.VIRALNEWS.ID - Honda Motor Co mengambil langkah strategis dengan menggandeng Toyota Motor Corp sebagai pemasok baterai untuk model hybrid-nya di Amerika Serikat. Keputusan ini diambil guna menghindari dampak tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
Menurut laporan Carscoops, kesepakatan antara dua raksasa otomotif Jepang ini akan berlaku mulai tahun fiskal 2025. Honda akan memperoleh baterai dari pabrik Toyota di North Carolina, AS.
Pabrik senilai 14 miliar dolar Amerika (Rp 210 triliun) ini diperkirakan mampu memproduksi baterai untuk empat ratus ribu unit hybrid Honda. Saat ini, Honda masih mengimpor baterai dari Jepang dan China untuk kendaraan hybrid yang diproduksi di AS.
Keputusan ini diambil setelah Presiden Trump menaikkan tarif tambahan pada barang-barang asal China dari sepuluh persen menjadi dua puluh persen dalam dua bulan terakhir, serta berencana menaikkan tarif impor mobil dari Jepang dari dua koma lima persen menjadi dua puluh lima persen.
Langkah ini mendorong Honda untuk menyesuaikan strategi pasokan guna menghindari lonjakan biaya produksi.
Selain menggandeng Toyota, Honda juga memutuskan memproduksi generasi terbaru Civic Hybrid di Indiana, AS, menggantikan rencana awal produksi di Meksiko.
Keputusan ini diambil untuk menghindari potensi kenaikan tarif pada barang impor dari Meksiko dan Kanada, yang diperkirakan dapat menambah beban biaya hingga empat koma tujuh miliar dolar Amerika (Rp 70,5 triliun) per tahun.
Pada tahun lalu, Honda menjual tiga ratus delapan ribu unit kendaraan hybrid di AS, yang mencakup dua puluh dua persen dari total satu koma empat dua juta unit yang terjual di negara tersebut.
Dengan strategi ini, Honda berharap dapat meningkatkan penjualan hybrid global menjadi satu koma tiga juta unit pada 2030, di luar pasar China.
Sementara itu, Toyota juga memiliki ambisi besar dalam produksi dan penjualan model hybrid. Pada 2024, kendaraan elektrifikasi Toyota menyumbang empat puluh persen dari total penjualan di Amerika Utara, dan perusahaan menargetkan peningkatan hingga delapan puluh persen pada 2030.