Bagian aspal yang rusak dibersihkan secara detail agar tidak ada sisa kotoran atau partikel yang bisa mengganggu proses tambalan.
3. Perekat dengan Tekot
Setelah bersih, permukaan tersebut diberi lapisan tekot sebagai perekat umum yang berfungsi menahan campuran bitumen dan agregat agar merekat kuat.
4. Pengisian Bitumen dan Agregat
Campuran bitumen dan agregat yang sudah disiapkan sebelumnya dimasukkan ke area kerusakan. Komposisi campuran ini dibuat sesuai standar agar kualitasnya sama dengan aspal asli lintasan.
5. Compaction (Pemadatan)
Proses pemadatan dilakukan menggunakan mulet atau hammer. Langkah ini bertujuan agar tambalan benar-benar padat, rata, dan menyatu dengan aspal di sekitarnya.
6. Finishing dengan Abu Batu
Untuk menyamakan tekstur permukaan, taburan abu batu diberikan di atas area yang sudah ditambal.
Hal ini membuat hasil tambalan menyatu dengan aspal lama, sehingga tidak terasa perbedaan tekstur saat dilintasi motor berkecepatan tinggi.
Metode _magic patching_ bukanlah sekadar perbaikan biasa.
Menurut Awallutfi Andhika teknik ini sudah menjadi standar dalam pekerjaan jalan raya, dan di Mandalika dikembangkan lebih jauh agar sesuai dengan kebutuhan balap dunia.
Sejak diterapkan pada 2022, metode ini mendapat pengakuan dari FIM Safety Officer maupun para pembalap internasional.
Mereka menilai bahwa lintasan Mandalika selalu memiliki grip yang konsisten serta bebas dari goresan-goresan berbahaya.
Hal ini tentu memberikan rasa aman bagi pembalap sekaligus menjaga reputasi Mandalika sebagai salah satu sirkuit terbaik di kalender MotoGP.