Tujuan utama dari pelatihan marshal ini adalah meningkatkan kemampuan dan profesionalitas marshal dalam melaksanakan tugas, baik untuk event nasional maupun internasional.
MGPA memahami bahwa marshal bukan hanya petugas teknis, melainkan juga ujung tombak yang berperan besar dalam keselamatan pembalap, penonton, maupun kelancaran kompetisi.
Dengan adanya pelatihan yang difasilitasi langsung oleh FIM, diharapkan marshal Mandalika memiliki standar kinerja yang setara dengan sirkuit kelas dunia lainnya.
Tidak hanya itu, pelatihan ini juga menjadi ajang evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil dari program pelatihan tiga tahun terakhir yang sudah berjalan.
Garda Terdepan dalam Balapan
Direktur Utama MGPA, Priandhi Satria, menegaskan pentingnya pelatihan ini dalam konteks persiapan MotoGP Mandalika 2025.
Menurutnya, marshal adalah elemen vital dalam penyelenggaraan balap motor, sehingga peningkatan kualitas mereka menjadi prioritas utama.
“Marshal adalah garda terdepan dalam setiap balapan. Mereka yang pertama kali berhadapan dengan situasi darurat di lintasan, dan kecepatan serta ketepatan tindakan mereka bisa menentukan keselamatan pembalap maupun kelancaran jalannya lomba. Karena itu, MGPA bersama FIM terus memberikan pelatihan yang berstandar internasional agar marshal kita siap menghadapi event sebesar MotoGP,” ujar Priandhi Satria.
Ia menambahkan bahwa melalui program berkelanjutan ini, MGPA ingin memastikan bahwa Mandalika tidak hanya unggul dari sisi infrastruktur sirkuit, tetapi juga dari kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam penyelenggaraan.
Pelatihan Tenaga Medis
Sehari sebelumnya, sebagai bagian dari persiapan menyambut ajang balap dunia Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025 di Sirkuit Mandalika, sebanyak 60 tenaga medis yang terdiri dari 14 dokter dan 46 perawat.
Para tenaga kesehatan ini mengikuti pelatihan khusus pada Rabu, 27 September 2025. Pelatihan ini menjadi salah satu agenda penting dalam memastikan standar keselamatan dunia internasional, mengingat MotoGP dikenal sebagai olahraga dengan tingkat risiko tinggi.
Tercatat 14 dokter dan 46 perawat turut ambil bagian. Mereka dipilih dari berbagai latar belakang keahlian medis, mulai dari penanganan gawat darurat hingga spesialis trauma.
Para tenaga medis tersebut tidak hanya berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai tuan rumah, tetapi juga didatangkan dari berbagai daerah lain seperti Kalimantan Selatan, Jayapura, Surabaya, dan Bandung, sehingga mencerminkan kolaborasi nasional dalam mendukung perhelatan olahraga bergengsi ini.