Penampilan terbaiknya sejauh ini terjadi di MotoGP Qatar, di mana Vinales sempat memimpin lomba dan finis di posisi kedua. Namun, penalti akibat tekanan ban yang tidak sesuai membuatnya terlempar dari posisi 10 besar.
Sejak saat itu, ia konsisten berada di barisan depan, termasuk di Le Mans, dalam balapan flag-to-flag yang berlangsung dalam kondisi cuaca berubah-ubah.
Vinales mengaku cukup puas dengan performanya di Le Mans. Ia menyebut ini sebagai salah satu hasil terbaiknya dalam balapan dengan kondisi campuran.
Meski harus beradaptasi dengan motor dan ban dalam situasi basah dan kering, ia tetap mampu tampil kompetitif. Namun, ia juga mengeluhkan kurangnya traksi di lintasan lurus, yang membuatnya kesulitan menjaga posisi, terutama saat disalip oleh Fermín Aldeguer.
Salah satu penyebab utama kesulitan tersebut diduga berasal dari pilihan ban belakang medium untuk kondisi basah, berbeda dari mayoritas pembalap pabrikan lain yang menggunakan ban lunak. Vinales menyebut kondisi ini serupa dengan yang ia alami di GP Amerika di Austin.
Pengalaman tersebut membantunya mengambil keputusan lebih tenang dalam situasi cuaca yang tidak menentu seperti di Le Mans.
Menatap balapan berikutnya di Silverstone, Vinales menyimpan optimisme tinggi. Trek ini memiliki kenangan manis baginya karena di sanalah ia meraih kemenangan MotoGP pertamanya pada 2016 bersama Suzuki.
Kini, ia berharap bisa mengulang kesuksesan tersebut dan mencetak sejarah sebagai pembalap pertama yang menang bersama empat pabrikan berbeda di kelas utama. "Kami sudah sangat dekat, itu akan datang. Kami hanya perlu terus percaya dan bersikeras," ujar Vinales.