Dampaknya besar terhadap karakter mereka. Rider yang juara pasti yang paling disiplin. Mereka belajar mengatur waktu, menjaga fokus, dan menghadapi penalti sebagai pelajaran, bukan beban.
Priandhi Satria: Bagaimana dengan respons para manajer tim terhadap sistem ini?
Ahmad Jayadi: Mereka sangat mendukung. Semua tim besar Indonesia turun di MRS, dan mereka tahu ajang ini bukan hanya soal kompetisi, tapi juga pembinaan. Sekarang sudah ada jenjang jelas, kelas Under 15, Under 25, dan senior. Jadi pembalap muda bisa naik bertahap, sementara seniornya tetap aktif dan ikut melatih adik-adiknya. Regenerasi berjalan, atmosfer balapnya juga semakin sehat.
Priandhi Satria: Apakah kelas Under 15 ini banyak diisi pembalap baru?
Ahmad Jayadi: Benar, Om. Mayoritas peserta Under 15 adalah pendatang baru. Awalnya, anak-anak muda ini tidak punya wadah yang cocok karena kelas expert terlalu berat. Jadi saya dan Pak Eddy Saputra sepakat membuka kategori usia 12–15 tahun. Kami menghubungi banyak sekolah balap, dan antusiasmenya luar biasa. Kini mereka punya ruang untuk berkembang secara bertahap, dan performa mereka meningkat pesat. Banyak di antara mereka yang dulunya hanya ikut-ikutan, sekarang sudah bisa bersaing dan juara.
Priandhi Satria: Luar biasa. Saya dengar beberapa pembalap muda bahkan sempat berlatih di VR46 Riders Academy milik Valentino Rossi. Bisa diceritakan sedikit?
Ahmad Jayadi: Benar, Om. Tahun ini kami membawa beberapa pembalap berprestasi dari MRS ke VR46 Academy di Italia. Tidak semua bisa berangkat karena beberapa di bawah naungan pabrikan tertentu, tapi yang berangkat benar-benar punya potensi besar. Mereka berlatih bersama pembalap dunia seperti Marco Bezzecchi dan Pecco Bagnaia. Bisa berlatih langsung di rumahnya Valentino Rossi tentu pengalaman luar biasa. Mereka termotivasi, melihat langsung bagaimana pola latihan, disiplin, dan mental juara dibentuk. Bagi mereka, ini pengalaman yang mengubah cara pandang tentang arti menjadi pembalap profesional.
Priandhi Satria: Menarik sekali. Jadi, menurut Mas Jayadi, balapan itu bukan hanya soal teknis di lintasan, tapi juga soal karakter, disiplin, dan pola pikir, ya?
Ahmad Jayadi: Betul. Mindset itu kunci. Anak-anak belajar bahwa jadi juara tidak hanya butuh kecepatan, tapi juga kerja keras, mental, dan konsistensi. Itulah nilai yang juga kami tanamkan melalui MRS.
Priandhi Satria: Sebagai penutup, Mas Jayadi, apakah MRS akan terus berlanjut di tahun 2026?
Ahmad Jayadi: Harus ada, Om! Ini bukan sekadar ajang balap, tapi bagian dari sistem pembinaan motorsport nasional. Tahun depan tentu akan ada evaluasi dan penyempurnaan, tapi semangatnya tetap sama: menjadikan MRS sebagai rumah bagi lahirnya pembalap-pembalap Indonesia yang siap berprestasi di tingkat dunia. (bd, mgpa)